Free Lines Arrow

Senin, 04 Juni 2012

Gunung Krakatau, Selat Sunda

Pantai Carita Resort,Resort Pantai Carita,Carita Resort,Pantai Anyer Carita,Hotel Anyer Carita,Resort Pantai Carita,Kondominium Lippo Carita,Cottage di Carita,Hotel di Pantai CaritaGunung Krakatau adalah salah satu gunung berapi aktif yang berada  di tengah laut tepatnya di Selat Sunda.Gunung berapi yang terletak sekitar 8 mil laut dari Pulau Sebesi.salah satu pulau yang berpenghuni. Gunung Krakatau sangat menantang untuk didaki dan menarik untuk di amati dari dekat. 
Rute untuk mencapai Krakatau sangat mudah, yakni lewat Canti, Kalianda, Lampung Selatan. Dari Jakarta Anda menuju arah Merak, lalu dengan menumpang kapal Ferry (Roro), Pulau
Sumatera tepatnya Bakauheuni dapat ditempuh dalam 2,5 jam pelayaran. Dari sana dibutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai Kalianda.

Canti merupakan pelabuhan nelayan yang terdekat dengan Krakatau yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat. Biasanya kita dapat menyewa kapal nelayan yang berbobot mati 5 ton.  Kapal tersebut melego jangkarnya kurang lebih 100 meter dari garis pantai, sehingga kita beserta seluruh perlangkapan yang dibawa  harus terlebih dahulu naik sampan sebelum pindah kapal.  Kurang lebih 3,5 jam untuk mencapai pantai Legon Cabe, Rakata Besar. Legon ini dulunya bernama Legon Burung Hantu, karena banyak sekali burung hantu, namun seiring dengan beredarnya waktu burung itu seulit ditemukan karena sering diburu. Di sini, Anda dapat berkemah di cekungan lembah yang berada 50 meter dari pantai.

Dari Legon Cabe, perjalanan diteruskan ke Legon Cemara, pantai gunung Anak Krakatau yang memakan waktu setengah jam. Dalam perjalanan terlihat jelas keanggunan Anak Krakatau yang menjulang tinggi, sungguh dramatis, sekan kita berada di negeri antah berantah. Gunung Anak Krakatau memang menyiratkan misteri. Berbagai keanehan sejak dulu menyelimuti gunung yang berdiri kukuh di tengah laut Selat Sunda tersebut. Proses munculnya juga penuh kejutan, berawal dari letusan dahsyat “induknya”, yakni Gunung Krakatau (813 meter) pada 27 Agustus 1883.

Ledakannya menimbulkan gelombang pasang setinggi 40 meter yang menyapu bersih pantai sepanjang Teluk Lampung dan pantai barat daerah Banten sekitarnya. Dikabarkan sedikitnya 36.000 orang waktu itu tewas. Mungkin tidak dilebih-lebihkan, tapi disebutkan suara letusan Gunung Krakatau tersebut bahkan sampai terdengar di Singapura dan Australia . Bahkan rangkaian gempa bumi menjalar sampai ke Australia Selatan, Sri Lanka, dan Filipina.Sebagaimana dinukilkan dalam Javanese Book of Kings, Gunung Krakatau Lama (Purba) tingginya kala itu mencapai 2.000 meter dengan radius 11 km. Tapi, ketika meletus ternyata ledakannya mengakibatkan tiga perempat tubuhnya hancur dan menyisakan gugusan tiga pulau kecil: Pulau Sertung, Pulau Panjang dan Pulau Krakatau Besar.
Empat puluh empat tahun kemudian lahir keajaiban baru. Sekitar tahun 1927 para nelayan yang tengah melaut di Selat Sunda tiba-tiba terkejut. Kepulan asap hitam di permukaan laut menyembul seketika di antara tiga pulau yang ada. Hanya setahun setelah misteri kepulan asap di laut itu, serta merta muncul benda aneh. “Wajah” asli benda aneh itu makin hari semakin jelas dan ternyata itulah yang belakangan disebut Gunung Anak Krakatau.Misteri Gunung Anak Krakatau terus berlanjut. setiap waktu keajaiban selalu muncul. Selain letusannya yang membuat wisatawan asing takjub, Letusan Gunung Anak Krakatau amat indah, ibarat kembang api di tengah pesta. Setiap sepuluh menit sekali, debu dan lava panas menyembur ke udara mencapai ketinggian 30 hingga 50 meter dari puncak. Pada senja atau malam hari, dari Pulau Sebesi (600 hektar), muntahan Gunung Anak Krakatau itu bagaikan kembang api. Dari pulau Sebesi yang berjarak sekitar delapan mil laut dari Anak Krakatau, letusan gunung itu terlihat jelas.  ketinggian gunung itu tiap hari juga bertambah sekitar satu sentimeter, dari semula hanya beberapa meter kini malah mencapai sekitar 230 meter.


Mendaki Gunung yang berada di tengah laut merupakan tantangan tersendiri, Krakatau salah satunya. Gunung yang pernah meletus tahun 1883 ini, sekarang memiliki dua puncak yakni Rakata Besar (813 mdpl) dan Anak Krakatau (280 mdpl) yang muncul tahun 1930.

Di pulau sekitar Krakatau berada,  pertumbuhan vegetasinya sangatlah minim, terlebih di pulau Anak Rakata yang bisa dijumpai hanya pohon cemara. Malah perkembangan flora dan fauna di pulau ini sempat terhenti tatkala Anak Krakatau meletus tahun 1952 dan 1953.

Barangkali, lambatnya laju perkembangan vegetasi di kawasan ini dikarenakan aktivitas gunung Anak Krakatau. Hingga kini ketinggian gunung ini bertambah 5 cm setiap bulannya. Dari kawahnya pun masih sering tersembur batuan dan lava, bahkan pasir yang ada di punggung gunung itu terasa panas.
Flora yang dapat ditemui sekarang diantaranya adalah kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catappa) dan cemara (Casuariana equisetifolia) sedangkan faunanya sering terlihat keberadaan biawak (Varanus salvator), penyu hijau (Cholonia midas), ular phyton (Phyton sp), kalong (Pteropus vampirus), burung raja udang (Alcedo atthis), kadal dan kupu-kupu.

Mendaki Anak Krakatau hanya diperkenankan mencapai punggung gunungnya saja, yakni batas aman yang diijinkan. Itupun sebenarnya sudah rawan, yakni lokasi gunungan pasir hitam panas yang menjulang bak kerucut ditemani angin yang bertiup dengan kerasnya.
Dari ketinggian lereng, jelas terlihat pulau Panjang alias Rakata Kecil, Sertung, Rakata Besar, Siberut dan Panaitan. Beberapa pulau karang atol dengan lautnya yang biru juga terlihat indah.

Sumber : Cerita Cottages

0 komentar:

Posting Komentar

 
SELAMAT DATANG di BLOG SAYA, Terimah Kasih Atas Kunjungannya !