Free Lines Arrow

Minggu, 03 Juni 2012

Puncak Jaya, Papua


Puncak Jayawijaya atau yang lebih pendek disebut Puncak Jaya, telah mencapai ketinggian 4,884 meter di atas permukaan laut, sehingga memungkinkan daerah ini diselimuti oleh salju abadi.

Jika Anda menyangka bahwa di daerah tropis tak akan menemukan pegunungan yang diselimuti salju, Anda bisa memperbaiki pandangan ini setelah mengunjungi Puncak Jayawijaya, puncak tertinggi di Pegunungan Sudirman (Sudirman Range) di Provinsi Papua. Puncak Jayawijaya atau yang lebih pendek disebut Puncak Jaya, telah mencapai ketinggian 4,884 meter di atas permukaan laut, sehingga memungkinkan daerah ini diselimuti
oleh salju abadi. Pegunungan Jayawijaya terletak di Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua, Indonesia.

Namun, salju abadi akan diperkirakan menyusut, bahkan mengering. Dalam beberapa penelitian disimpulkan bahwa endapan es di pegunungan ini dari tahun ke tahun mengalami kontraksi serius. Pemanasan global di Pegunungan Sudirman mengakibatkan kontraksi salju. Nah, sebelum perkiraan itu benar-benar menjadi nyata, tak ada salahnya Anda mencoba menaklukkan puncak tertinggi di Indonesia ini.

Ketika tahun 1899 sebuah ekspedisi Belanda yang sedang membuat peta dari pulau Papua, menemukan puncak gunung yang diselimuti salju sebagaimana dilaporkan oleh Carstensz. Untuk kehormatan, maka puncak gunung ini kemudian diberi nama sesuai dengan namanya yaitu Carstensz. Sedangkan nama Jayawijaya adalah pemberian dari Presiden Soekarno setelah berhasil menangkap kedaulatan Papua Barat dari Belanda. Nama ini mengandung arti “Win dari Puncak“, sebagai ungkapan syukurnya pada penyatuan Papua Barat dengan Republik Indonesia Negara Kesatuan.

Para pendaki pertama yang tercatat telah menaklukkan puncak Jaya adalah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Heinrich Harrer pada tahun 1962. Heinrich Harrer adalah seorang pendaki yang terampil dan seorang penulis veteran. Bukunya yang terkenal, Seven Years in Tibet, merupakan kisah nyata roaming dan persahabatannya di Pegunungan Himalaya, Tibet.
Sebelum Harrer, sebetulnya telah banyak para pendaki lain yang mencoba melakukan pendakian, tetapi tidak pernah ada yang berhasil. Setelah Heinrich Harrer, menyusul ekspedisi dari Indonesia yang berhasil mencapai puncak. Ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel Letnal Azwar Hamid dari Direktorat Topografi Angkatan Darat ini, berhasil mencapai Puncak Jaya pada tahun 1964.

Gunung Jayawijaya dikenal sebagai salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia. Oleh karena itu, puncak setinggi 4,884 meter adalah tujuan para pendaki sejati, apalagi pendakian ke Puncak Jaya merupakan penaklukan terhadap gunung yang tertutup salju.
Berbagai hambatan yang disuguhkan dalam pendakian, seperti kondisi alam yang terjal, suhu yang sangat dingin, angin kencang dan hujan, serta minimnya oksigen di daerah ketinggian merupakan tantangan yang harus ditaklukkan oleh para pendaki.

Daya tarik dari Gunung Jaya, tak hanya menikmati salju saja, di pegunungan ini wisatawan juga dapat menyaksikan langsung bukti geologis mengenai sejarah pembentukan pegunungan Jayawijaya. Penelitian geologi menemukan bukti empirik bahwa pegunungan ini semula merupakan dasar laut yang terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pulau ini terbentuk dari batu sedimen yang terangkat akibat ditumbuk oleh lempengan Indo-Pasifik dan Indo-Australia di dasar laut, sehingga berubah menjadi sebuah pulau besar. Bukti ini bisa dilihat dari fosil hewan laut yang tertinggal di pegunungan Jayawijaya. Oleh karena itu, selain menjadi surga bagi para pendaki, kawasan ini juga merupakan surga bagi penelitian geologis.

Jika Anda tertarik untuk menjelajahi Pegunungan Jayawijaya , tentu saja hal utama yang harus dipersiapkan adalah kesiapan fisik, perbekalan, dan logistik. Latihan rutin di daerah dengan suhu cukup dingin adalah beberapa sinar yang cukup efektif untuk menghindari ancaman hipotermia, yaitu hilangnya panas tubuh karena berada di daerah dengan suhu yang sangat dingin. Selain itu, aspek izin harus juga disiapkan jauh hari sebelum pelaksanaan pendakian. Sebab, selain karena trek yang berat, kawasan Papua kerap dilanda gangguan, seperti perang antara etnis serta gangguan keamanan lainnya.

Sulitnya mendapatkan izin untuk mendaki “Top Indonesia” ini, maka lebih baik para pendaki memanfaatkan layanan yang berpengalaman dari agen perjalanan. Tentu saja, biaya per orang untuk satu tim pendakian dengan menggunakan layanan dari agen perjalanan dibutuhkan biaya cukup besar.
Pendakian Gunung Jayawijaya dapat dilalui dengan 2 rute pilihan, yaitu jalur klasik melewati Desa Ilaga, atau jalur kedua yang lebih nyaman dengan mendapatkan tumpangan di helikopter menuju base camp Bukit Danau.

Sumber : IndonesiaBox

0 komentar:

Posting Komentar

 
SELAMAT DATANG di BLOG SAYA, Terimah Kasih Atas Kunjungannya !